Dzun Nurain


Di antara sekian banyak sahabat Nabi, hanya Utsman bin Affan radiyallahu ‘anhu yang mendapat laqab (gelar) dzun nurain. Bahkan di antara seluruh manusia sejak Nabi Adam ‘alaihis salam hingga hari kiamat nanti, hanya Utsman bin Affan yang bergelar dzun nurain.
Apa arti dzun nurain dan mengapa Utsman bin Affan digelari dzun nurain?
Dzun nurain artinya adalah pemilik dua cahaya. Utsman bin Affan digelari dzun nurain, “Sebab tidak ada seorang pun yang menurunkan kelambu (menikahi) dua putri Nabi selain Utsman bin Affan,” terang Al Mahlab bin Abi Shafrah, seorang tabi’in yang pernah menjadi panglima pasukan perang ke India.
Husain Al Ja’fari juga menerangkan hal senada. “Tidak ada yang mengumpulkan dua orang anak nabi sejak Allah menciptakan Nabi Adam sampai hari kiamat selain Utsman,” kata beliau, “Oleh karena itu beliau dinamakan dzun nurain.”
Sedangkan Abbas Al Aqqad seperti dikutip Prof Dr Ali Muhammad Ash Shalabi dalam Biografi Utsman bin Affan menyebutkan bahwa Utsman bin Affan digelari dzun nurain karena banyak membaca Al Qur’an setiap malam dalam shalatnya. Al Qur’an adalah cahaya dan shalat malam adalah cahaya juga. [Ibnu K/Bersamadakwah]

0 komentar:

Wanita, agar Dikau Bahagia


Kepada setiap muslimah yang rela Allah swt sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya.

Kepada setiap pendidik yang berjihad di jalan Allah dengan untaian kalimahnya, menjaga norma-norma nya dan menyucikan jiwanya.

Kepada wanita yang bimbang dan bersedih, berbahagialah dengan dekatnya kemudahan, datangnya pertolongan Allah swt serta janji pahala yang besar dan terhapus segala dosa.


***

Tidak ada kecantikan bagi seorang wanita, tiada pula keindahan, harga diri dan kedudukan kecuali beriman kepada Allah swt. Apabila dirinya tegak di atas jalan ini, maka dia lah wanita yang mendapat petunjuk, diterima amalnya dan menjadi wanita pilihan disisi RabbNya.

Namun, jika dia melepaskan jalan kebenaran tersebut,kafir terhadap Tuhannya, mengingkari agamanya dan melepaskan tuntutanNya, maka dia lah cermin kepada wanita yang murahan, hina dan terbuang.

Pada saat itulah sinar kecantikan seorang wanita mula menghilang, walau berkalung gugusan bintang di langit, meskipun bermahkota bintang gemini dan matahari terbit di keningnya.

Wahai wanita muslimah yang jujur, wahai wanita mu'minah yang selalu kembali kepada Allah.

Jadikanlah dirimu itu seperti sepohon kurma. Jauh dari keburukan, menjulang tinggi menghindar dari sifat mengangau. Dilempar dengan batu dia menjatuhkan buahnya, tetap hijau pada musim panas mahupun dingin dan memberikan manfaat kepada sekalian manusia.

Jadilah engkau orang yang menjauhi perkara-perkara yang rendah, keperibadianmu terjaga dari segala pola hidup yang menipu rasa malu. Ucapanmu adalah zikir, pandanganmu melahirkan ibrah, diammu adalah berfikir.

Saat itulah engkau mendapatkan ketenangan dan akan diterima oleh penduduk bumi. Tercurah segala pujian yang baik-baik, doa yang jujur dari semua makhluk, dan Allah swt akan menjauhkanmu dari awan kesempitan, bayang-bayang ketakutan, dan gumpalan kekeruhan.

Tidurlah berbantalkan curahan doa orang-orang mu'min, lalu bangunlah untuk meraih pujian yang ditujukan kepadamu. Saat itulah engkau mula menyedari bahawa kebahagiaan bukan terdapat pada simpanan harta, kad kredit dan kereta, rumah yang bagaikan istana, mahupun pada kasih nya seorang manusia, namun pada ketaatan terhadap Zat Yang Maha Terpuji. Kedamaian hidup bukan pada hiasan keduniaan, bukan pula mengabdi kepada hamba, namun kepada kepatuhan terhadap Zat Yang Maha Mulia.

Pesanku, jadilah seorang wanita yang bermaruah, yang punya kedudukan tinggi di sisi Tuhannya. Di mana namanya sentiasa disebut-sebut dalam kalangan para malaikat, dan yang berjaya memperoleh cinta yang Teragung, iaitu cintanya Ya Rabb lantas menjadi wanita yang paling bahagia di dunia.

0 komentar:

Pelita Si Buta







Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.

Melihat hal itu, orang buta tersebut terbahak dan berkata, "Buat apa saya bawa pelita ? Kan sama saja buat saya ! Saya bisa pulang kok."

Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut.

Tak berapa lama dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata ! Beri jalan buat orang buta dong !" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

-----***-----

Kemudian orang buta tersebut melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta ? Tidak bisa lihat ya ? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat !"

Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta ! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam !"

Si buta tertegun. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."

Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanannya masing-masing.

-----***-----

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta tersebut. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam ?"

Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."

Senyap sejenak. Secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta ?"

Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

-----***-----

Ketika mereka sedang mencari pelita mereka, lewatlah seseorang. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Sepertinya saya perlu membawa pelita, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."

Refleksi Hikmah :

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan !).

Si buta pertama, mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, TIDAK SADAR bahwa LEBIH BANYAK JARINYA yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama, mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun sebenarnya mereka bisa melihat.

Penabrak kedua, mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua, mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat, mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing ? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam ? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

0 komentar:

Islam Itu Indah Maka Renungkanlah

Maka lihatlah bentuk konkritnya pada sebarik kisah-kisah mengagumkan. Pada keteladanan agung kehidupan para salaf yang mulia. Pada ketakjuban akhlak tinggi mereka, pada keindahan pribadi yang tersiram dari mata air yang suci, pada kelembutan yang tersinari dari pelita yang menerangi, Sang Nabi yang begitu terpuji. 

 segala puji bagi Allah rabb semesta alam. KepadaNyalah seluruh makhluk bertumpu dan mengadu, dari keterserakan asa, dari kelemahan daya, dari ketakmampuan usaha, dan dari kepandiran jiwa serta raga. DariNyalah keharmonisan alam berpadu, sehingga mengulunlah kasih dan sayang dengan penuh syahdu, maka lahirlah kemesraan meski terbingkai dari keragaman yang tak pernah satu.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan sekalian alam, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, nabi penutup risalah, yang karenanya ia diutus untuk menebarkan kasih sayang ke seluruh alam. Maka adalah indah sabda-sabdanya penuh harmoni. Tindak-tanduknya penuh lestari. Perintah-perintahnya sepenuh ketulusan memberi.
Larangan-larangannya sepenuh keikhlasan menyelaksai. Maka sungguh indah. Antara sabda dan lelakunya tak pernah saling menyelisihi. Pun perintah dan larangannya tak pernah ada saling menyalahi. Maka adalah indah Islam agama yang mengajarkan kasih sayang, diturunkan oleh Dzat Yang Mahakasih dan sayang, diwahyukan melalui malaikat yang penuh kasih dan sayang, dan disampaikan untuk disebarkan kepada sekalian alam oleh nabi yang penuh kasih dan sayang. Sungguh indah agama yang dituntunkan oleh Dzat Yang Mahaindah lagi mencintai keindahan.
Karenanya, Islam hadir di tengah-tengah ummat bukan untuk membelenggu. Ia hadir demi memperindah tatanan. Yang rusak, ia perbaiki. Yang salah, ia betulkan. Yang bengkok, ia luruskan. Yang jelek, ia baguskan. Yang bodoh, ia pintarkan. Yang baik, ia ajarkan. Yang merusak, ia larangkan dan seterusnya. Islam hadir demi kasih sayang untuk sekalian alam.
Maka adalah wajar, jika sang pengemban risalah penuh kasih dan sayang kepada ummatnya. Sebab, ia adalah cermin tempat berkaca bagi kebengkokan-kebengkokan perilaku mereka. Sebab, ia adalah pelita yang membimbing bagi kegelapan-kegelapan hati mereka. Sebab, ia adalah penentram yang mengarahkan bagi kegalauan-kegalauan jiwa mereka. Dan sebab ia adalah qudwatun hasanah, sang panutan lagi teladan bagi kehidupan mereka.
Memang indah. Ia yang tersurat sebagai penuntun ummatnya demi kehidupan yang lebih baik, di dunia dan akhirat, benar-benar menjadi contoh yang sempurna dalam setiap sisi kehidupannya. Maka adalah keserasian yang ia ajarkan. Maka adalah kelembutan yang ia tularkan. Maka adalah keadilan yang ia sebarkan. Maka adalah kemuliaan hidup yang ia tawarkan. Maka adalah rahmatan lil alamin yang ia simpulkan, di tengah ummat.
Dan betul-betul indah ternyata ia benar-benar rahmatan lil alamin. Ajaran-ajarannya penuh sejuta hikmah. Wejangan-wejangannya tak pernah meninggalkan bekas lara di dada. Anjuran-anjurannya selalu menyimpul ulang semangat yang membaja. Nasehat-nasehatnya selalu tepat mengenai titik sasarannya, dan tanpa sedikitpun menyinggung amarah si empunya. Keadilan dalam berkata dan kejujuran dalam bersikap itulah pedomannya.
Maka lihatlah manusia-manusia di sekitarnya. Tak pernah ada yang terciderai rasa. Tak ada pula yang pernah tersinggung kata. Semua ia tunaikan hak-haknya. Tak ada pembedaan. Tak juga pengistemewaan. Kecuali pada hal yang sudah digariskan, yaitu ketaqwaan. Maka yang bangsawan tak tersanjungkan di hadapannya. Yang rakyat biasa saja juga tak terpinggirkan di majelisnya. Semua sama. Pun kaya dan miskin, tak ada beda. Masing-masing ia tunaikan hak-haknya, dengan perlakuan yang semesti dan sepantasnya.
Sang Nabi memang penuh kasih sayang kepada semuanya. Tapi, kepada wanita ia lebih lemah lembut daripada yang lainnya sebab ia tahu kunci kelemahannya. Dan tersebab itu ia pun bersabda kepada kita, selaku ummatnya, dalam riwayat Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, “Wanita itu tercipta dari  tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah atasnya. Jika terlalu keras meluruskannya engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan tetap bengkok. Maka, berhati-hatilah memperlakukannya.”
Karenanya, ia tak pernah membentak kaum hawa. Sebab itu hanya akan mematahkannya saja. Tak pula ia terlalu memanjakannya. Karena ini hanya akan melenakannya semata. Seperti kisah turunnya surat Al-Ahzab ayat 28 dan 29. Ketika istri-istrinya meminta tambahan nafkah, dan berhasil membuat dirinya resah bercampur amarah. Tapi tetap saja tak ada kata-kata amukan yang tertumpah. Tak ada dampratan. Tak pula bentakan.
Atau seperti kisah Fatimah yang datang kepadanya meminta seorang pembantu rumah tangga. Meskipun yang hadir adalah putri kesayangannya, namun tetap saja tak ada pemanjaan yang berlebihan. Tak ia kabulkan keinginannya. Dan tak ia berikan apa yang dimauinya. Justru ia tawarkan apa yang lebih baik dari yang diminta, bahkan lebih baik dari dunia dan seisinya. Maka ia nasehatkan agar bertasbih, bertahmid, dan bertakbir tiga puluh tiga kali sebelum beranjak tidur sebagai gantinya.
Maka betul-betul indah ketika shahabat-shahabatnya beramai-ramai meniti setiap garis jejaknya. Seperti kisah Al-Faruq, ‘Umar bin Al-Khattab, yang tengah naik mimbar dan mengkritisi perihal tingginya mahar yang diminta kaum hawa. Maka berdirilah seorang dari mereka menyela dengan suara tegasnya. “Apakah engkau hendak membatasi sesuatu yang Allah sendiri pun tak pernah membatasinya dalam kitab suciNya?” begitu ujarnya.
Maka para hadirin terhenyak tak menyangka. Ternyata ada wanita yang sebegitu. Pun juga ‘Umar tak kalah kagetnya. Namun, tetap saja ada kasih sayang harus diberikannya, seperti panutannya yang begitu lemah lembut. Maka tak ada bentakan. Tak juga dampratan. Dan tak pula kata makian dasar wanita pembangkang. Maka adalah ‘Umar menjawabnya dengan penuh kelembutan, “Engkau benar wahai saudariku. Akulah yang salah!”
Subhanallah. Sungguh keluhuran budi yang terbungkus dalam beningnya hati nurani. Maka terlahirlah keharmonisan, terjelmalah kemesraan, dan terpadulah kesetiaan dan pengorbanan. Islam itu memang indah.
Toh begitu tetap ada sisi lain yang harus dicermati. Ada potensi lain yang musti diwaspadai. Agar tak berakhir tragis bak ummat-ummat terdahulu. Seperti kisah bani Israil yang tak sanggup mewaspadainya. Maka dimusnahkanlah tujuh puluh ribu pasukan dari mereka dalam sekejap saja. Maka sang pengemban risalah terakhir pun lekas-lekas mewanti-wanita kita, dengan bahasa kasih sayangnya yang teramat besar kepada ummatnya.
“Adalah dunia ini,” sabda beliau di sela-sela khutbahnya, “Sungguh indah nan mempesona tampak di mata. Dan Allah menyerahkan pemakmurannya kepada kalian; sebab Ia ingin menguji bagaimana amal-amal kalian. Karena itu, berhati-hatilah dari dunia, dan berhati-hatilah terhadap wanita.”
“Sebab,” lanjut beliau dalam riwayat Imam Muslim, “Musibah pertama yang menimpa Bani Israil adalah karena wanita.” “Maka,” pungkas beliau dalam riwayat Imam An-Nasa’i, “Tak ada musibah yang lebih berbahaya sepeninggalku melebihi wanita.”
Indah benar. Dua kutub yang saling berjauhan dipadukan dalam satu sulaman. Ia yang diwanti dan diwaspadai ternyata juga begitu disayangi. Maka ia pun tak terkekang hak asasinya. Dan tak jua terumbar kebebasannya. Ia dijaga tapi tetap dihargai. Juga dikaryakan sembari terus diawasi.
Maka lihatlah bentuk konkritnya pada sebarik kisah-kisah mengagumkan. Pada keteladanan agung kehidupan para salaf yang mulia. Pada ketakjuban akhlak tinggi mereka, pada keindahan pribadi yang tersiram dari mata air yang suci, pada kelembutan yang tersinari dari pelita yang menerangi, Sang Nabi yang begitu terpuji. Maka tak ada penelikungan atas nama wanita. Tak ada pengekangan atas hak-haknya sebagai manusia. Tak ada penodaan atas fitrah manusiawinya. Apatah lagi kezaliman pada kesucian dirinya. Ia benar-benar dijaga, tapi tetap dihormati. Betul-betul indah, seindah keagungan akhlak Sang Nabi yang begitu memukau jagad raya. Subhanallah. Lalu kita?
Sungguh, jauh panggang dari api. Ya, kita selaku ummatnya hanya bisa merenungi sambil mengintrospeksi diri: pada tutur kata kita, pada tingkah laku kita, pada kebeningan hati kita, dan pada kepandiran jiwa kita; sudah layakkah kita menjadi ummatnya? Lalu kita selaksai makna yang terkandung di dalamnya; sudah pantaskah kita, yang berikrar ke sana ke mari sebagai yang paling nyunnah, betul-betul menjadi pengikutnya? Setiap kita, saya dan anda, tentu lebih mengetahui apa jawaban pastinya. Sebab, masing-masing kita adalah yang paling tahu siapa diri kita yang sebenarnya.
Maka, marilah kita menyelaksai makna, sambil terus menyelam di lautan ilmu, pada keteladanan agung nan indah itu. Untuk kemudian di sana kita belajar pada pengalaman-pengalaman hidup mereka yang syahdu. Lalu, ianya kita jadikan asas kebermaknaan dalam setiap langkah kita menuju kemuliaan. Setelah itu, langkah-langkah tersebut kita jadikan neraca acuan bagi jejak-jejak kaki kita meniti jalan perubahan.
***
Madinah, 22 April 2015
Penulis : Ust. Abu Hasan Ridho Abdillah, BA., MA.
Artikel Muslim.Or.Id

0 komentar:

Untaian Nasehat Untuk Mahasiswa Baru: Masa Muda Untuk Apa?

 

Setiap orang tua yang melepas keberangkatan buah hatinya untuk menimba ilmu di perguruan tinggi sering memesankan kepada anaknya, “Jaga diri baik-baik ya nak ... Jangan lupa belajar yang baik, manfaatkan waktumu dengan baik.”

Bismillah, telah menjadi sunnatullah datang generasi baru yang meneruskan perjuangan generasi terdahulu. Para pemuda, sejak dulu selalu memendam asa dan cita-cita untuk memperbaiki kondisi bangsa. Di dalam Al-Qur’an misalnya, kita mengenal para pemuda bertauhid yang disebut Ashabul Kahfi.
Di dalam sejarah Islam pun kita mengenal pemuda-pemuda pembela agama dari kalangan para sahabat yang mulia seperti Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid, dan Ibnu Abbas yang tersohor keahliannya dalam hal tafsir Al-Qur’an.
Di dalam hadits pun kita membaca salah satu golongan yang diberi naungan oleh Allah pada hari kiamat; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Rabbnya. Pemuda yang tidak silau oleh gemerlapnya dunia. Pemuda yang memancangkan cita-cita setinggi bintang di langit dan berjuang keras menggapai surga.
Namun, realita tidak seindah yang dikira. Banyak pemuda yang justru hanyut dalam arus kerusakan dan penyimpangan. Bukan hanya masalah narkotika, tawuran, atau pergaulan bebas. Lebih daripada itu, kerusakan yang menimpa para pemuda juga telah menyerang aspek-aspek fundamental dalam agama. Munculnya para pengusung pemikiran liberal, merebaknya gerakan-gerakan yang mencuci otak anak muda dengan limbah kesesatan.
Oleh sebab itulah, perlu kesadaran dari semua pihak untuk ikut menjaga tunas-tunas bangsa ini agar tumbuh di atas jalan yang lurus, jalan yang diridhai Allah Ta’ala.

Mahasiswa, Bukan Lagi Anak SMA …

Dunia mahasiswa tidak sama dengan dunia SMA. Kebebasan dalam atmosfer mahasiswa lebih besar dan lebih kuat daripada kebebasan yang ada di masa SMA. Bebas bukan saja dalam hal seragam atau upacara, tetapi lebih daripada itu bebas menentukan prioritas dan jadwal kegiatan sehari-hari untuk dirinya.
Salah satu tanda bahwa seseorang mahasiswa mulai menapaki jalan hidupnya yang ‘baru’ adalah ketika dia memilih dengan orang seperti apa dia berteman dan mengambil nasihat dan arahan.
Bisa jadi seorang pemuda yang di kala SMA rajin ikut kegiatan rohis kemudian berubah drastis setelah mencium aroma kebebasan yang ada di atmosfer perkuliahan. Shalat berjamaah di masjid pun mulai dia tinggalkan. Menghadiri pengajian pun seolah menjadi beban dan momok dalam aktifitas keseharian. Al-Qur’an pun ditinggalkan, tidak dibaca atau direnungkan.
Di sisi lain, ada juga anak-anak muda yang kembali menemukan taman-taman surga di majelis ilmu agama. Mereka menjumpai nasihat-nasihat indah dan peringatan untuk jiwanya agar tidak terlena oleh gemerlapnya dunia. Di situlah, anak-anak muda itu mencari jalan untuk menghimpun bekalnya menuju surga.
Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (Al-’Ashr: 1-3)
Waktulah yang akan membuktikan, jalan seperti apa yang Anda pilih dalam kehidupan. Apakah jalan menuju kebahagiaan atau jalan menuju jurang kehancuran …

Ingat, Pesan Orang Tua

Setiap orang tua yang melepas keberangkatan buah hatinya untuk menimba ilmu di perguruan tinggi sering memesankan kepada anaknya, “Jaga diri baik-baik ya nak … Jangan lupa belajar yang baik, manfaatkan waktumu dengan baik.” Kiranya ini adalah nasihat yang sangat berharga untuk kita.
Bagaimana menjaga diri kita dari hal-hal yang negatif. Tentu, itu bukan perkara sepele dan remeh. Bahkan inilah yang diperintahkan Allah kepada kita untuk menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah berpesan kepada kita untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya Allah tetap menjaga dan melindungi kita.
Banyak sekali godaan dan rintangan yang harus kita hadapi di tengah dunia mahasiswa dan anak muda pada umumnya. Sebagian anak muda bahkan punya semboyan ‘mumpung masih muda’ dengan maksud untuk memuaskan segala keinginan hawa nafsunya sampai-sampai ada ungkapan, ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga’.
Sungguh sebuah semboyan yang sarat dengan tanda tanya. Dari pintu surga manakah kiranya masuk orang yang mudanya selalu berfoya-foya dan melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya ?
Anda kuliah dengan amanah dari orangtua dan juga kesadaran diri anda sendiri. Oleh sebab itu sudah saatnya anda meluruskan niat anda dalam mencari ilmu, yaitu untuk memberi manfaat bagi kaum muslimin dan juga dalam rangka membela agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dinilai dengan niatnya dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ilmu Agama Perisai Jiwa

Mahasiswa yang baik bukan hanya yang peduli dengan indeks prestasi dan nilai kuliahnya. Lebih daripada itu, mahasiswa yang baik adalah yang senantiasa menimba ilmu agama. Ilmu Al-Qur’an dan As Sunnah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Bagi anda yang dulu di SMA sekolah di pesantren atau madrasah jangan terburu-buru merasa hebat. Betapa sering kita temukan, orang-orang yang dulunya mengenyam pendidikan di pesantren atau madrasah namun ketika kuliah menjadi berubah.
Tadinya rajin mengaji kemudian berubah rajin menyanyi. Tadinya rajin membaca Qur’an kemudian berubah rajin fesbukan. Tadinya rajin membeli buku agama kemudian berubah rajin membeli novel pujangga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah melakukan amal-amal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita, di pagi hari seorang masih beriman tetapi tiba-tiba sore hari menjadi kafir dan di sore hari beriman lalu pagi harinya menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi mengais kesenangan dunia.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu besar sekali kebutuhan kita terhadap ilmu. Karena ilmu akan menyirami hati kita, meneranginya dengan kebenaran dan memuliakannya dengan keimanan. Imam Ahmad berkata, “Manusia jauh lebih membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makan dan minum. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau 2 kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas. ”

Tujuan Hidup Kita

Mahasiswa adalah manusia. Dan sebagaimana manusia yang lain ia harus tunduk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan keberadaan kita di alam dunia ini. Bukan semata-mata untuk memenuhi nafsu dan mengumbar keinginan.
Allah berfirman (yang artinya), ”Tidaklah Aku ciptakan jindan manusia melainkan supaya beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Jangan mengira bahwa ibadah terbatas pada sholat dan puasa, atau berzakat dan naik haji. Ibadah itu luas, mencakup segala ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Segala ucapan dan perbuatan serta keyakinan yang dicintai dan diridhai Allah, maka itu adalah ibadah. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan yang paling rendah -dari cabang iman- itu adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa ibadah kepada Allah bisa kita lakukan dimanapun dan kapanpun. Bukan hanya di masjid, di pesantren, di bulan Ramadhan, atau di tanah suci. Bahkan, ibadah bisa dilakukan di rumah dengan mengerjakan shalat sunnah, dengan berbakti kepada orang tua, dengan mendengarkan lantunan murottal Al-Qur’an, berdzikir pagi dan petang, dan lain sebagainya. Ibadah juga bisa kita lakukan ketika berada di kampus, dengan menghormati orang-orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menebarkan salam, menundukkan pandangan dari lawan jenis, tidak berdua-duaan dengan wanita bukan mahram, dsb.
Dengan demikian, seorang mahasiswa muslim akan mengarungi lautan ibadah dalam hidupnya, dari satu ketaatan menuju ketaatan yang lain, dari satu amalan menuju amalan yang lain. Sepanjang hayat dikandung badan maka selama itu pula ia tunduk kepada Ar-Rahman.

Bertaubat Dari Kesalahan

Manusia adalah anak keturunan Adam ‘alaihis salam. Dan setiap bani Adam banyak berbuat kesalahan. Sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang senantiasa bertaubat. Oleh sebab itu Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang banyak beristighfar, dalam sehari bisa sampai 70 bahkan 100 kali. Lalu siapakah kita ini jika dibandingkan dengan beliau. Kita tentu lebih butuh kepada taubat dan istighfar di sepanjang hari yang kita lalui.
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu ini adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka pergi pula sebagian dari dirimu.”
Kita sering lalai dari berzikir kepada Allah, padahal zikir adalah sebab ketenangan hati dan kesejukan jiwa. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Zikir bagi hati seperti air bagi ikan, bagaimanakah keadaan ikan apabila dikeluarkan dari air.”
Kita juga sering lalai dari membaca Al-Qur’an dan merenungkan kandungan ayat-ayat-Nya. Padahal kemuliaan hanya akan dicapai oleh orang yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha: 123).
Ibnu Abbas berkata, ”Allah menjamin bagi orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia serta tidak celaka di akhirat.”
Oleh sebab itu marilah kita memperbanyak taubat dan istighfar, berusaha mengevaluasi dan memperbaiki diri. Jangan sampai kita termasuk orang yang digambarkan dalam ungkapan, ‘semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak’. Kita sibuk mengkritik orang namun lalai dari mengkritik diri sendiri. Nas’alullahal afiyah …

Siapakah Kita Dibanding Mereka?

Para pendahulu kita yang salih -sahabat-sahabat Nabi- adalah orang-orang yang tidak diragukan keimanannya. Sampai-sampai orang sekelas Abu Bakar dikatakan bahwa imannya lebih berat daripada iman seluruh penduduk bumi selain para Nabi. Orang-orang yang telah mendapatkan janji surga. Meskipun demikian, mereka bukan orang yang sombong dan angkuh dengan prestasinya.
Justru mereka khawatir akan diri dan amal-amalnya. Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Aku berjumpa dengan tiga puluh orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara mereka semua takut dirinya tertimpa kemunafikan.”
Ya, siapakah kita jika dibandingkan dengan mereka ? Sebagian pemuda atau mahasiswa begitu bangga dan pede dengan kecerdasan dan prestasinya, seolah-olah kesuksesan adalah buah ciptaannya. Dialah yang menjadi penentu atas segalanya. Dia lupa bahwa kepandaian, kecerdasan, dan pemahaman adalah karunia dari Allah Ta’ala.
Betapa seringnya kita lalai dari bersyukur kepada Allah. Meskipun demikian, kita sering merasa bahwa diri kitalah yang berjasa, diri kitalah yang menjadi kunci kebaikan, padahal di tangan Allah semata segala kebaikan. Oleh sebab itu kita harus merasa khawatir akan nasib amal-amal kita. Di samping kita terus berharap dan berusaha menggapai ridha-Nya.

Mensyukuri Nikmat Allah

Banyak anak muda yang lalai terhadap masa mudanya, lalai dari nikmat kesehatan dan waktu luang yang diberikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dalam hal keduanya; sehat dan waktu luang.” (HR Bukhari).
Kesehatan adalah nikmat dari Allah. Waktu luang adalah juga nikmat dari Allah. Wajib bagi kita untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu. Nikmat yang sedemikian banyak, sampai-sampai kita pun tidak bisa menghingganya.
Dikatakan oleh Salamah bin dinar, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan diri kepada Allah, maka itu adalah malapetaka.”
Banyak orang yang larut dalam kesenangan-kesenangan semu. Mereka tertawa-tawa, bersuka ria dan membuang-buang waktunya dalam perkara yang sia-sia bahkan dosa. Mereka mengira bahwa semua itu bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Hanya sekedar untuk mengisi malam minggu katanya.
Atau sekedar mengisi kekosongan waktu dengan mengobrol dan merokok sampai larut malam hingga akhirnya tidak shalat subuh berjamaah di masjid. Padahal salah satu ciri orang munafik adalah malas mendirikan sholat dan berat untuk hadir sholat subuh dan isyak berjamaah di masjid (bagi kaum lelaki).
Begitu juga dari kalangan wanita. Tidak sedikit kaum mahasiswi dan remaja putri yang keluar malam-malam untuk berdua-duaan dengan pacarnya, mendengarkan lagu-lagu penuh hembusan nafsu dan menonton konser band idola sambil berdesak-desakan dengan lawan jenis. Tentu perkara-perkara semacam ini akan mendatangkan banyak kerusakan. Dan yang lebih dalam lagi, bahwa itu bukan termasuk bentuk bersyukur kepada Allah …

Jalan Kebahagiaan

Ketahuilah, wahai saudaraku -semoga Allah merahmatimu- sesungguhnya kebahagiaan yang kita idam-idamkan adalah sebuah kenikmatan abadi di akhirat nanti.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman, “Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang salih, kesenangan yang belum dilihat oleh mata, belum didengar oleh telinga, dan belum terbersit dalam hati manusia.” (HR. Bukhari)
Iman dan takwa adalah bekal kita untuk meraih kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang beriman di dunia dan di akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim).
Kebahagiaan di dalam hati orang-orang yang beriman adalah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan dengan untaian pantun dan sajak pujangga. Kebahagiaan yang membuat seorang budak hitam yang bernama Bilal bin Rabah lebih memilih disiksa daripada kembali kepada kekafiran. Kebahagiaan yang membuat seorang Salman Al Farisi berpetualang mencari kebenaran Islam tanpa kenal lelah. Kebahagiaan yang membuat seorang Abu Bakar Ash-Shiddiq rela mencurahkan semua hartanya untuk sedekah di jalan Allah.
Kebahagiaan yang tidak lekang oleh masa, tidak hancur oleh umur dan tidak surut karena ocehan dan cercaan manusia. Sebab kebahagiaan itu telah bersemayam di dalam lubuk hatinya. Kemanapun dia pergi maka kebahagiaan selalu menyertainya.

Selamatkan Hatimu…!

Setan telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan manusia. Ia datang dengan berbagai tipu daya dan bala tentaranya.. Ia juga mengalir dalam tubuh manusia seperti peredaran darah. Ia memberikan rayuan dan menebar angan-anagn palsu. Ia hanya akan mengajak kelompok/hizb-nya untuk bersama-sama menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
Setan mengutus pasukan-pasukannya setiap hari untuk menebar fitnah dan kekacauan. Baik fitnah berupa kesenangan hawa nafsu yang terlarang, demikian pula fitnah berupa pemyimpangan pemikiran dan pemahaman. Inilah dua senjata iblis dalam menyesatkan bani Adam dari jalan yang lurus.
Oleh sebab itu sudah menjadi tugas kita bersama untuk menjauhi langkah-langkah setan dan tipu dayanya. Kita harus menjaga hati kita dari bujukan dan godaannya.. Lebih daripada itu kita harus memurnikan ibadah kepada Allah semata, inilah sebab utama agar bisa terbebas dari jebakan dan godaannya, dengan pertolongan Allah jua.
Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari itu (kiamat) tidaklah bermanfaat harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (Asy-Syu’araa: 88-89).
Hati yang selamat adalah hati yang beriman, hati insan bertauhid, hati yang bersih dari syirik dan kemunafikan. Abu ‘Utsman An-Naisaburi berkata, bahwa hati yang selamat (qalbun salim) itu adalah hati yang bersih dari bid’ah dan merasa tentram dengan sunnah/tuntunan Nabi.
Marilah, kita memohon kepada Allah untuk mensucikan jiwa-jiwa kita, dan memberikan ketakwaan ke dalam hati kita, sebagaimana kita memohon agar Allah mematikan kita dalam keaadaan Dia ridha kepada kita …

Maut Tidak Pandang Bulu

Anak muda bukan jaminan jauh dari maut. Betapa sering kita mendengar anak kecil yang mati karena kecelakaan atau menjadi korban penganiayaan. Kita juga mendengar anak muda yang mati tertabrak dan ada juga yang mati karena menjadi korban kerusuhan dan tawuran.
Bahkan, anak muda yang soleh, rajin ke masjid, aktif membantu kegiatan dakwah, bahkan sudah hampir lulus kuliah pun ada yang tidak luput dari jemputan malaikat maut. Siapa diantara kita yang merasa aman ? Siapa diantara kita yang merasa dirinya pasti selamat di akhirat ?
Umar bin Khaththab berkata, “Seandainya ada yang berseru dari langit: masuklah kalian semua ke dalam surga kecuali satu, aku takut satu orang itu adalah aku. Dan seandainya ada yang berseru dari langit masuklah kalian semua ke dalam neraka kecuali satu: aku berharap satu orang itu adalah aku.”
Kematian pasti datang, dan kita tidak bisa mengundurkan atau memajukannya walaupun 1 jam saja. Siapa yang menunda-nunda taubat dan kebaikan pasti akan menyesalinya. Orang kafir di akhirat pun ingin dikembalikan ke alam dunia untuk melakukan amal salih yang dulu ditinggalkannya. Namun angan-angan pada hari itu tinggal angan-angan saja.
Tsabit Al-Bunani berkata, “Beruntunglah orang yang banyak mengingat kematian. Tidaklah seorang yang memperbanyak mengingat kematian melainkan pasti tampak pengaruhnya di dalam amal perbuatannya.”
Wahai anak muda, anda dan kita semua tidak tahu kapankah malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita … maka bersiaplah; bersiaplah dengan iman dan amal salih …

Saatnya Melangkah…

Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan datang menghampiri, kita semakin dekat menuju kematian. Hanya ketakwaan bekal terbaik yang bisa kita siapkan. Barangsiapa yang bertakwa dan bersabar maka sesungguhnya Allah tidak akan mneyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. Allah mencintai orang-orang yang rajin bertaubat dan mensucikan diri. Allah mencintai orang-orang yang bersabar dalam menghadapi cobaan.
Seorang ulama besar pernah berkata, “Aku memohon kepada Allah yang Maha Mulia Rabb pemilik ‘Arsy yang agung, semoga Allah melindungi dirimu di dunia dan di akhirat dan menjadikan dirimu diberkahi dimanapun kamu berada, dan menjadikan kamu termasuk orang yang apabila diberi nikmat bersyukur, apabila diberi cobaan bersabar, dan apabila berbuat dosa beristighfar. Sesungguhnya ketiga hal itu adalah pertanda kebahagiaan.”
Mahasiswa muslim -dimanapun anda berada- tugas dan tanggung jawab masa depan bangsa ini ada di pundak kita. Sebagaimana dikatakan oleh seorang tokoh gerakan Islam, “Dirikanlah negara Islam di dalam hati kalian, niscaya ia akan tegak di bumi kalian.”
Kita tentu berharap negeri ini menjadi negeri yang aman dan berlimpah rizki dan kebaikan dari langit dan dari bumi, dan itu semuanya terpulang kepada perjuangan dan upaya kita untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada dirinya sendiri.” (Ar-Ra’d: 11).
Maka, mulailah perbaikan itu dari diri kita masing-masing …
Barakallahu fiikum !           

 

0 komentar:

Beramal Supaya Banyak Rezeki


Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Langsung to the point saja. Ustadz, saya masih bingung tentang ikhlas. Apabila seseorang mengerjakan salat, puasa, salat tahajud, agar Allah mengabulkan doanya -misal berdoa untuk lulus ujian, gaji naik, menjadi kaya (banyak rezeki), berpuasa agar sehat dan hemat, berwudu guna menghilangkan kotoran dan mengaktifkan tubuh- apakah amalan itu bisa dikatakan ikhlas?
Sebab di dalam Surat Hud ayat 15-16 dikatakan, (niat yang demikian) bisa menghapus seluruh amalan dan bisa dikategorikan syirik besar. Mohon penjelasannya. Jazakallah khairan.
Abdullah
Jawaban:

Wa ‘alaikumussalam warahmatullah wabarakaatuh
Itu bukan ikhlas, karena tujuannya beribadah adalah untuk mendapatkan balasan di dunia. Sebagaimana firman Allah,

(مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16
Siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka akan Kami berikan imbalan amal mereka di dunia dan tidak dikurangi. Mereka itulah orang-orang yang hanya akan mendapatkan neraka di akhirat dan terhapuslah segala yang telah mereka lakukan dan batal perbuatan yang telah mereka lakukan.” (QS. Hud: 15 – 16).

Allahu a’lam

0 komentar:

Al- Aina Al Mardhiyah


Abdul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdul Wahid bin Zaid berkata : Pada suatu hari ketika kami di majlis, dan telah bersiap-siap untuk pergi berjihad, dan telah saya perintahkan pada kawan-kawanku untuk siap keluar pada pagi hari Senin, lalu ada di antara kami seorang yang membaca ayat :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” ( At Taubah : 111)

Tiba-tiba ada pemuda berusia 15 tahun, yang baru ditinggal mati oleh ayahnya, dan telah menerima harta waris yang sangat banyak, ia berkata : Ya Abdul Wahid, sungguh Allah telah membeli dari kaum mu’minin jiwa dan harta mereka, akan di bayar dengan surga ? Jawabku : ya, benar hai kesayanganku. Lalu ia berkata : Ya Abdul Wahid, saya persaksikan padamu bahwa aku telah menjual diri dan hartaku untuk mendapat surga. Maka saya katakan kepadanya : Sesungguhnya tajamnya pedang itu berat dihadapi, dan kau masih anak-anak, dan saya kuatir kalau-kalau kamu tidak tabah, tidak sabar sehingga tidak kuat melanjutkan penjualan itu. Jawabnya : Hai Abdul Wahid, saya menjual diri pada Allah untuk mendapat surga lalu lemah ? Saya persaksikan padamu sekali lagi bahwa aku telah menjual diriku pada Allah.
Maka karena irulah kami merasa, anak kecil dapat berbuat demikian, sedang kami tidak. Maka pemuda itu segera menyedekahkan semua hartanya kecuali kuda dan pedangnya, dan sekedar harta untuk bekalnya.
Dan ketika telah tiba masa keberangkatan rombongan, maka dialah pertama-tama yang tiba dan mengucapkan : Assalaamu ‘alaika ya Abdul Wahid. Jawabku : Wa ‘alaikassalam warahmatullohi wabarakaatuh, semoga Allah memberikan keuntungan dalam jualanmu. Kemudian ketika dalam perjalanan, maka pemuda itu selalu puasa di waktu siang dan bangun sembahyang dan menjaga kami di waktu malam, dan melayani kebutuhan-kebutuhan kami di waktu siang, bahkan merangkap memelihara ternak kami sehingga sampailah kita ke perbatasan negara Rum. Tiba-tiba pada suatu hari ia datang terburu-buru sambil berseru : Alangkah rinduku kepada Al-aina al mardhiyah. Sehingga banyak orang meyangka mungkin ia terganggu syaraf ingatannya, maka aku sambut ia : Wahai kesayanganku, apakah itu Al-aina al mardhiyah ? Jawabnya : saya tadi tertidur sebentar, tiba-tiba saya mimpi ada orang datang kepadaku dan berkata : Mari aku bawa kau kepada Al-aina al mardhiyah, lalu dibawa ke suatu kebun di tepi sungai yang airnya jernih segar, dan di sana banyak gadis-gadis cantik yang lengkap dengan perhiasan yang tidak dapat aku mengutarakannya, dan ketika melihat padaku, mereka merasa gembira dan berkata : Itulah suami Al-aina al mardhiyah, lalu saya ucapkan : Assalamu ‘alaikunna, apakah di sini tempat Al-aina al mardhiyah ? Jawab mereka : Kami hamba dan pelayannya, teruslah berjalan ke muka, maka aku teruskan perjalanan tiba-tiba bertemu dengan sungai susu yang tidak berubah rasanya di tengah kebun (taman), juga diliputi oleh gadis-gadis yang sangat cantik, dan ketika mereka melihatku, langsung berkata : demi Allah itulah suami Al-aina al mardhiyah telah tiba, lalu saya ucapkan : Assalamu ‘alaikunna, apakah ada diantara kamu Al-aina al mardhiyah ? Jawab mereka : Kami hanya budak dan pelayan-pelayannya, silahkan maju terus, tiba-tiba saya bertemu dengan sungai anggur di suatu lembah yang juga digunakan tempat bersuka-suka gadis-gadis yang sangat cantik molek, sehiungga lupa pada kecantikannya yang dibelakang tadi, saya pun mengucap : Assalamu ‘alaikunna, apakah ada diantara kamu Al-aina al mardhiyah ? Jawab mereka : Tidak, kami hanya budak dan pelayannya, teruslah jalan ke muka. Tiba-tiba aku bertemu dengan sungai madu dan kebun yang penuh dengan gadis-gadis yang bagaikan cahaya dalam kecantikan mereka, maka saya ucapkan Assalamu ‘alaikunna, apakah disini ada Al-aina al mardhiyah ? Jawab mereka : Ya Waliyallah, kami hanya budak dan pelayannya, tetapi kau terus maju ke muka, dan ketika saya berjalan tiba-tiba bertemu dengan khaimah daripermata yang lubang, dan dimuka khaimah itu ada gadis penjaga pintu yang sangat cantik dan lengkap dengan perhiasannya, maka ketika ia melihatku, ia gembira dan segera berseru : Wahai Al-aina al mardhiyah, inilah suamimu telah datang, maka langsung aku mendekat ke khaimah itu, tiba-tiba ia sedang duduk di atas tempat tidur emas yang bertaburkan permata yaqut dan berlian, dan ketika melihatnya, benar terpesona karena kecantikannya, maka ia menyambut aku dengan kalimat : Marhaban bi waliyir rahman, sudah hampir (dekat) pertemuan kami, maka langsung aku akan mendekapnya, tetapi ia berkata : Sabar dahulu belum masanya, sebab kamu masih hidup di dunia, tetapi malam ini kamu berbuka puasa di sini. Insya Allah ta’ala. Kemudian aku bangun dari tidurku itu,  hai Abdul Wahid. Dan rasa-rasa tidak sabar lagi. Abdul Wahid berkata : Maka belum selesai ia melanjutkan ceritanya tiba-tiba terlihat pasukan musuh, maka pergi menyerangnya bersama-sama pemuda itu, dan saya perhatikan ia telah membunuh sembilan orang kafir, tiba-tiba dia terbunuh oleh senjata orang kafir, maka segera saya pergi melihatnya, tiba-tuba tersenyum dengan berlumuran darah sehingga ia meninggal dunia (Rahimahu Allah)

2 komentar:

Lelaki Sejati Menurut Islam


Lelaki Sejati Dalam Islam

Lelaki Sejati adalah keikhlasan niat, lurusnya tujuan, benarnya maksud dan itiba dengan sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa salam dalam beramal.
Kriteria Lelaki Sejati menurut Islam (60 kriteria)
1. Islam menjadi pedoman hidupnya yang utama (QS.6:153);
2. Ikhlas menjadi dasar hidupnya (QS.2:207);
3. Taqwa menjadi bekal hidupnya (QS.2:197);
4. Taat menjadi karakteristik khasnya (QS.3.132);
5. Shalat dan sabar merupakan kekuatannya (QS.8:56;32:24);
6. Tsabat (teguh) merupakan sikap hidupnya (QS.8:45);
7. Ukhuwah Islamiyah menjadi pengikat hatinya (QS.49:10;43:67);
8. Tidak mengenal sikap palsu, kamuflase, banyak tingkah dan takabur (QS.25:63);
9. Ruang jiwanya dipenuhi oleh perhatian dan kepedulian yang besar dan penuh kesungguhan dalam mencapai hadaf (tujuan baik) mereka (QS.28:55);
10. Detik-detik malamnya amat berharga, diisi dengan ibadah Qiyamul Lail/Muraaqabatullah (QS.25:64 : 17:79. 76:26);
11. Senantiasa risau dan amat takut akan azab Neraka Jahanam (QS.25:65-66);
12. Punya ukuran-ukuran yang jelas atas kebenaran dalam kehidupannya (QS.25:67.17:29);
13. Tidak menyekutukan Allah, dan tidak menantang (menyalahi) perintah Allah (QS.25:68-71);
14. Tidak menyia-nyiakan hak orang lain dan tidak menzalimi seorangpun (QS.25:72);
15. Hatinya lurus dan hidup subur, dengan iman yang benar (QS.25:73);
16. Senantiasa menginginkan kebaikan yang dilakukan menjamah dan berlanjut untuk setiap generasi (QS.25:74-76);
17. Senantiasa Jujur dalam perkataan dan perbuatan;
18. Senantiasa menjaga tali silaturrahmi;
19. Senantiasa menjaga amanah yang diberikan;
20. Senantiasa menjaga hak tetangga;
21. Senantiasa memberi kepada yang membutuhkan;
22. Senantiasa membalas kebaikan orang lain;
23. Senantiasa memuliakan tamu;
24. Memiliki sifat malu;
25. Senantiasa menepati janji;
26. Tubuhnya sehat dan kuat (Qowiyyul jismi);
27. Berakhlak baik/mulia kepada sesama makhluk Allah; (Matiinul khuluqi);
28. Senantiasa Shalat tepat pada waktunya;
29. Senantiasa memautkan hatinya ke masjid /Cinta Shalat berjamaah di Masjid;
30. Senantiasa membaca dan mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya;
31. Sederhana dalam urusan dunia dan paling cinta pada urusan akhirat;
32. Paling suka melakukan amar ma’ruf nahi munkar;
33. Paling berhati-hati dengan lidahnya (menjaga lidah);
34. Senantiasa cinta pada keluarganya;
35. Paling lambat marahnya;
36. Senantiasa memperbanyak istighfar, berdzikir dan mengingat Allah swt dan memperbanyak Shalawat Nabi;
37. Senantiasa suka dan ringan berzakat, infaq dan bersedekah;
38. Senantiasa menjaga wudhu;
39. Senantiasa menjaga Shalatnya terutama Shalat wajib;
40. Senantiasa menjaga Shalat sunnat Tahajjud dan Shalat Dhuha;
41. Paling cinta dan hormat pada kedua orang tuanya, terutama ibunya;
42. Cerdas / Pikirannya intelek (Mutsaqoful fikri);
43. Aqidahnya bersih/lurus (Saliimul ‘aqiidah);
44. Ibadahnya benar (Shohiihul ‘ibaadah);
45. Rendah hati (Tawadhu’);
46. Jiwanya bersungguh-sungguh (Mujaahadatun nafsi);
47. Mampu mencari nafkah (Qaadirun’alal kasbi);
48. Senantiasa menjaga dan memelihara lidah/lisan (Hifdzul lisaan);
49. Senantiasa istiqomah dalam kebenaran (Istiqoomatun filhaqqi);
50. Senantiasa menundukkan pandangan terhadap lawan jenis dan memelihara kehormatan (Goddhul bashor wahifdzul hurumat);
51. Senantiasa lemah lembut dan suka memaafkan kesalahan orang lain (Latiifun wahubbul’afwi);
52. Benar, jujur, berani dan tegas (Al-haq, Al-amanah-wasyaja’ah);
53. Selalu yakin dalam tindakan yang sesuai ajaran Islam (Mutayaqqinun fil’amal);
54. Senantiasa pandai memanfaatkan waktu (untuk dunia dan akhirat) (Hariisun’alal waqti);
55. Sebanyak-banyaknya bermanfaat bagi orang lain (Naafi’un lighoirihi);
56. Senantiasa menghindari perkara yang samar-samar (Ba’iidun’anisy syubuhat);
57. Senantiasa berpikir positif dan membangun (Al-fikru wal-bina’);
58. Senantiasa siap menolong orang yang lemah (Mutanaashirun lighoirihi);
59. Senantiasa berani bersikap keras terhadap orang-orang kafir yang memusuhi kita (Asysyidda’u’alal kuffar);
60. Senantiasa mengingat akan datangnya kematian;

0 komentar:

40 Keistimewaan Wanita Menurut Pandangan Islam


Berikut merupakan keistimewaan wanita menurut Islam, menunjukkan betapa Islam begitu menghormati dan menghargai para wanita yang sholehah. Berbahagialah engkau wahai bidadari penghuni syurga...... !
  1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang soleh.
  2. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
  3. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah.
  4. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah- olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
  5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam syurga.
  6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
  7. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
  8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
  9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
  10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
  11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
  12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap pria?” tanya Aisyah kembali, Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”
  13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.
  14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
  15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. menatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
  16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
  17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
  18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
  19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
  20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
  21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.
  22. Rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
  23. Wanita yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
  24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
  25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
  26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
  27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
  28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
  29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
  30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
  31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
  32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
  33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
  34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
  35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
  36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
  37. Jika wanita memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
  38. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
  39. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
  40. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

0 komentar:

Inilah 12 golongan orang yang didoakan malaikat


Oleh Ustadz K.H. Abu Jibriel Abdul Rahman
(Arrahmah.com) – Termasuk ke dalam Rukun Iman adalah mengimani malaikat. Di antara berbagai peran malaikat yang istimewa adalah memberikan syafa’at kepada orang-orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohonkan ampun bagi orang-orang mu’min.
Di dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ (٢٦) لا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (٢٧) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (٢٨)
“Sebenarnya (malaikat – malaikat itu) adalah hamba – hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah – perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa’at melainkan kepada orang – orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati – hati karena takut kepada-Nya” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 26-28)
Kemudian, dalam surah Al-Ahzâb Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzâb: 43)
Maasyaa Allah, alangkah bahagianya menjadi orang-orang yang dicintai para malaikat, mendapatkan syafa’at, pertolongan, dan doannya. Tentu hal tersebut sangat kita dambakan, bukan?
Oleh karena itu Ikhwati fiiddiin, mari kita resapi sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berikut ini mengenai 12 golongan yang didoakan oleh malaikat. Semoga kita termasuk di dalamnya. Allahumma aamiin.
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’.” (HR. Imam Muslim dariAbu Hurairah, Shahih Muslim 469).
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan.” (Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra’ bin ‘Azib)
4. Orang yang menyambung shaf shalat berjamaah (tidak membiarkan kosong di dalam shaf)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu berselawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah)
5. Para malaikat mengucapkan ‘aamiin‘ ketika seorang Imam selesai membaca Al-Fatihah
“Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.” (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat
“Para malaikat akan selalu berselawat (berdoa) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya,(para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.'” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106)
7. Orang-orang yang melakukan shalat Shubuh dan Ashar secara berjamaah
” Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian merekaberkumpul lagi pada waktu shalat ‘asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.'” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al-Musnad no. 9140)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan
“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikatyang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'” (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda’, Shahih Muslim 2733)
9. Orang-orang yang berinfak
“Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit (bakhil).'” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari1442 dan Shahih Muslim 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah”. (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari Abdullah bin Umar)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit
“Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70,000 malaikat untuknya yang akan berselawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh.” (HR. Imam Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Musnad no. 754)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain
“Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahily)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/inilah-12-golongan-orang-yang-didoakan-malaikat.html#sthash.ycQx0fzI.dpuf

0 komentar: