SABAR SAMPAI AKHIR (Sebuah Renungan untuk Mereka yang Selalu Menganggap Sabar Ada Batasnya)


Selalu saja, musibah demi musibah menghampiri seorang muslim. Baik musibah tersebut menimpa fisiknya, hartanya, atau keluarganya, semua itu adalah ketetapan atau takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika musibah tersebut menimpa seseorang, tidak sepantasnya ia marah kemudian berburuk sangka kepada Allah dan mengeluhkannya kepada manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala maha pengasih kepada seluruh manusia, sehingga apapun yang Allah berikan apapun bentuknya musibah, itu merupakan bentuk kasih sayangNya. Karena itu, tidak sepantasnya seseorang berkeluh-kesah kepada manusia dengan musibah tersebut, mengeluh kepada pihak yang memiliki sedikit sifat rahmat atas apa yang ia dapat dari Allah yang maha luas rahmatNya.
Ingatlah kasih sayang Allah jauh lebih luas dan tidak ada tandingannya dibandingkan siapa pun, sehingga tidak sepantasnya seseorang berharap kepada manusia. Allah maha mengetahui apa yang terbaik bagi manusia, karena ilmu Allah sangat luas meliputi segala sesuatu, sehingga apa yang Allah takdirkan sudah pasti terdapat kebaikan lahir dan batin dan akan diketahui jika seseorang memikirkan hikmah di balik takdir Allah tersebut. Allah pun maha bijaksana yang dengan kebijaksanaanNya. Dia memilihkan yang terbaik bagi hamba-hambaNya.
Maka yang terbaik ketika musibah itu menghampiri adalah bersabar, sehingga kita mencari kebaikan di balik setiap musibah. Sebab sikap sabar yang diupayakan seorang hamba akan membuahkan pertolongan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
 إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 153)
Kebersamaan Allah dalam ayat ini bukanlah zatNya. Akan tetapi, pengetahuan dan pertolonganNya menyertai orang-orang yang sabar.
Kesabaran seseorang ketika tertimpa musibah dibuktikan ketika lisan dan hatinya mengucapkan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ . أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ .
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. (Yaitu) yang jika ditimpa musibah mereka mengucapkan, ‘innaa lillahi wa inna ilaihi raji’uun’. Mereka itulah yang mendapat berkah yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 155-157)
Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata,
“Allah ta’ala menjadikan kalimat ini [maksudnya, ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’] sebagai jalan keluar bagi orang yang sedang diuji, dengan disertai makna-makna yang mengandung berkah dalam kalimat tersebut. Pada lafaz ‘inna lillahi’, terdapat tauhid, pengakuan penghambaan kita kepada Allah dan pengakuan atas kerajaanNya. Adapun lafaz ‘wa inna ilaihi raji’un’, terdapat pengakuan bahwa kita akan binasa, lalu akan bangkit dari kubur, dan meyakini bahwa segala perkara akan kembali kepadaNya sebagaimana segala perkara tersebut adalah milikNya.”
Selain itu, termasuk buah kesabaran adalah ganjaran atau pahala yang sangat melimpah dari Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Karena itu, Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang bersabar karenaNya.
Adapun orang-orang yang tidak bersabar ketika datang musibah, maka merugilah mereka. Mereka mendapat kerugian ketika tertimpa musibah dan jauh lebih rugi ketika tidak memanfaatkan kejadian musibah tersebut untuk mendulang pahala di sisi Allah.
Musibah yang datang kepada seseorang bukan tanda bahwa ia rendah di sisi Allah. Bahkan, datangnya musibah bisa menjadi tanda Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Dia akan menimpakan cobaan kepadanya.” (HR. Bukhari No. 5645)
Selain itu, datangnya musibah bisa membuahkan keuntungan yang lebih besar. Andaikan seorang hamba ditimpa musibah kemudian ia ridho dengan takdir Allah itu, maka Allahridho kepadanya. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Allah mencintai satu kaum, niscaya Allah akan menguji mereka. Lalu, siapa saja yang ridho, maka Allah akan ridho kepadanya. Siapa saja yang murka, maka Allah akan memurkainya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Shahihah [1/227])
Subhanallah. Sesuatu yang secara kasat mata terlihat tidak menyenangkan–seperti musibah menimpa–justru banyak kebaikan yang bisa didapat oleh seorang hamba darinya. Datangnya musibah pun adalah proses bergugurnya dosa-dosa seorang hamba. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang muslim tertimpa lelah, sakit, gundah, sedih, gangguan, duka hingga duri yang menusuknya, kecuali pasti akan Allah ampuni dosa-dosanya dengan adanya hal tersebut.” (HR. Bukhari No. 5641)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
“Senantiasa seorang muslim, laki-laki dan perempuan, akan mendapat cobaan pada dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai menghadap Allah tanpa membawa dosa. (HR. Tirmidzi, Al Hakim, Ahmad, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Shahihah [5/349])
Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim senantiasa bersabar sampai Allah memberi karuniaNya berupa surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَجَزَاهُم بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutera.” (QS. Al Insan: 12)
Ya Rabb, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan muslim.
Sumber: Buletin Jum’at Dakwah Islam, nomor 37, tahun ke-2, 17 Muharram 1436 H/30 Januari 2015 M.

0 komentar: